KENAKALAN REMAJA
Masa
remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini,
seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik
di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di
era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur
yang sudah mengenal Rokok, Narkoba,Freesex, dan terlibat banyak tindakan
kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat
melihat brutalnya remaja jaman sekarang.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh
orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan
remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan
tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih
sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang
remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan
maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya,
para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan
terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan
munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan
pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Pengertian Remaja
Remaja
adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut
psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan
bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan
ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin
logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
Remaja
memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15 tahun
b. Masa remaja awal 15-18 tahun
c. Masa remaja pertengahan 18-21 tahun
d. Masa remaja akhir.
Ciri- Ciri
Remaja
Mengenai
ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari
berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan
perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20
tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan
adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
a. Adolensi dini
Fase
ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya
kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok
kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
b. Adolensi menengah
Fase
ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat
pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik,
musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan
kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang
dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar,
seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas
lebih terarah untuk meminta bantuan.
c. Adolesensi akhir
Masa
ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup
penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai
menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki
karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut
diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan
jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen lain tentang
ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul
Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk dalam
bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami
perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti
kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami
pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku.
Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga
timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin
lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam
keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan
gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja
juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih
tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai
berikut :
1.
Masa
remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang
cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai
dan minat baru.
2.
Masa
remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku
dari anak-anak ke menuju dewasa.
3.
Masa
remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan
nilai.
4.
Masa
remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya
sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja
kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
5.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas,
karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
6.
Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi.
7.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
8.
Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan uraian di
atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode perubahan, peralihan, usia
yang bermasalah, pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa
yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
Psikologi
Remaja
Ciri perkembangan
psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan,
cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi
tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja.
Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi
remaja.
Keadaan
emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu
saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja
lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang
akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang
baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990),
yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan
remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan
dengan dirinya.
Kenakalan
Remaja
Kenakalan remaja
(juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau
hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a)
Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b)
Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
c)
Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor pemicunya,
menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa
transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya
pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para
orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan
terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan
munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan
pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang
ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos
sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang
orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar
geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam batasan hukum,
menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis bukuThe Adolescence, terdapat dua
kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan
oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan,
perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos
sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku
yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
Penyebab
Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja
bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a)
Krisis
identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan
ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b)
Kontrol
diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a)
Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b)
Teman
sebaya yang kurang baik
c)
Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
1)
Kurangnya
sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
2)
Contoh
perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan
nilai-nilai anti-sosial.
3)
Kurangnya
pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar
sekolah, dan lainnya).
4)
Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua
pada anak.
5)
Rendahnya
kualitas hubungan orangtua-anak.
6)
Tingginya
konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
7)
Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan
keluarga.
8)
Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada
pengawasan dari figur otoritas lain.
9)
Perbedaan
budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
10) Adanya saudara kandung atau tiri yang
menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan
primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia
terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak
mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan
menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk
dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua berperan
penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negative. Hal
ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting
bagi remaja.
Menurut Mu’tadin (2002)
remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak
orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan
ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini
akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering
menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan
dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam
kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya.
Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku
perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat
membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang
dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal hal
yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang
sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998)
ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya pada saat
memesuki usia remaja, yakni :
1.
Orang
tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
2.
Kemandirian
anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan melindungi mereka
dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum matang.
Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja
terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual
yang tidak bertanggung jawab dll
3.
Remaja
perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka
mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang
sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat
berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
4.
Sikap
orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap
hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti
yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial
(zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas
dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu
akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan
yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu
atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang
negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari,
terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini
biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan
dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik
atau tidak.Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias
disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian,
benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh remaja.
Remaja dan
Lingkungan Sosial
Lingkungan
social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah
lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan
interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang
tidak bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata
pelajaran yang berat menimbulkan konflik yang
cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi
perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka
berada disekolah.
Pada
masa remaja, hubungan social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja.
Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya.
Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena
itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh orang tua.
Brown
(1997) menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok
teman sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya
dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri
dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan
guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu
dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan
privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa
didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi
dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa
pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang
berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja
dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami
nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu
Kesimpulan
Pada
dasarnya remaja itu baik, akan tetapi mereka menghadapi banyak masalah, yang
kadang mereka tida sanggup untuk mengatasinya sehingga terjadi penyimpangan
perilaku yang disebut kenakalan. Dalam penanggulangan kenakalan remaja, kita
perlu menggunakan pendekatan psikologis. Mulai dari pamahaman tentang kenakalan
remaja dan mencari latar belakang terjadinya, agar kita tidak melihat tindakan
tanpa mengetahui berbagai faktor penyebabnya baik yang timbul akibat perubahan
yang terjadi pada diri remaja maupun yang datang dari luar.
Oleh
karena itu dalam penanggulangan kenakalan remaja bukan dengan hukuman atau
ancaman tetapi dengan membantunya untuk mencari penyelesaian masalah dengan
cara yang baik dan tidak bertentangan dengan hukum dan ajaran agama.
Keluarga
mempunyai peranan penting dalam menciptakan ketentraman batin remaja. Dalam
menghadapi kenakalan remaja, orangtua yang bijaksana dapat memahami keadaan
remaja dan membantunya mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja
dalam mengatasi kesulitannya. Keterbukaan hati guru menerima keadaannya
menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Saran
Kenakalan
remaja semakin populer dan menjadi masalah yang 'lumrah ' di era modern ini.
hal ini akan semakin sulit untuk ditanggulangi jika perilaku tersebut
sudah menjadi budaya dan kebiasaan remaja. atau remaja yang bersangkutan sudah
jauh berada di dalam kubangannya (Kenakalan Remaja).
Walaupun
kenakalan remaja diangap lumrah dan lazim dilalui oleh remaja serta merupakan
aspek Perkembangan dalam krun masa tahap2 perkembangannya, namun kenakalan
remaja ini bukanlah hal perkembangan yang mutlak harus dilalui oleh remaja.hal
ini tentunya juga dapat dicegah atau minimal dikurangi dengan pendekatan2 emosional
serta ikatan hubungan yang baik dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini
khususnya keluarga dan orang tua sebagai lingkungan sosial terdekatnya.karena
dengan begitu, para remaja(anak) akan merasa diperhatikan, dipedulikan, yang
kemudian akan dapat membantu para remaja itu untuk menemukan identitas dirinya
dalam pro¬ses identifikasi diri.
Komunikasi
yang intens juga sangat membantu anak untuk mengenali dan memahami masalah yang
dihadapinya serta merasa aman dan nyaman ketika bersama orang2 terdekatnya.
Karena tidak jarang, kenakalan remaja disebabkan oleh rasa frustasi, kesulitan
mencari sosok yang dapat dijadikan panutan dalam pola hidupnya serta kesukaran
dalam penyesuaian terhadap perubahan2 dan perkembangan yang terjadi pada
dirinya, baik dari aspek fisik maupun mentalnya dengan lingkungan sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-kenakalan-remaja.html
http://software-comput.blogspot.com/2013/04/makalah-kenakalan-remaja.html
http://kenakalanremaja-ilmana.blogspot.com/2008/10/kesimpulan-dan-saran.html
http://boyvirgojogja.blogspot.com/2013/05/makalah-kenakalan-remaja.html